Emma Hannigan baru mengetahui fakta mengejutkan dalam tubuhnya empat tahun silam. Di usia 32 tahun, ia baru menyadari tubuhnya bak sarang gen kanker yang bermutasi. Itu jelas membuat tubuhnya berisiko tinggi terkena kanker.
Sakit langka itu membuatnya kehilangan dua payudara, dua indung telur, dan tuba fallopi. Ia telah mengalami enam kali serangan kanker. Dan kini, ia tengah berjuang melawan serangan kanker ke-7.
Dengan dukungan keluarga, warga Wicklow, Irlandia itu berupaya memenangi pertempuran melawan kanker. Suaminya, Cian, dan dua buah hatinya, Sacha, 11, dan Kim, 9, adalah penopang semangatnya untuk sembuh. Keluarga membuatnya tetap berusaha tampil sebagai istri, dan ibu.
Pada Agustus 2005, hasil pemeriksaan medis menunjukkan, Emma membawa gen penyebab kanker BRCA1. Artinya, ia memiliki 85 persen kemungkinan mengalami kanker payudara, dan 50 persen terkena kanker ovarium. Pemeriksaan dilakukan untuk menjawab kekhawatiran atas riwayat medis keluarganya yang buruk.
"Saya hanya seorang ibu normal dengan dua anak saat tahu tubuhku membawa gen kanker yang mematikan," ia bertutur seperti dikutip dari The Sun. "Saya memberanikan diri karena ibu dan nenek saya pembawa gen. Sedangkan tiga orang bibi meninggal karena kanker."
Pada 2006, Emma mengikuti prosedur pengangkatan payudara (mastektomi bilateral) dan indung telur (ooforektomi bilateral) untuk mencegah terjadinya kanker. "Saya merasa seperti bom yang siap meledak. Tinggal menunggu waktu saja. Saya dapat memilih untuk membuat tubuh lebih aman atau operasi radikal."
Namun, di tahun yang sama dia divonis menderita kanker pada jaringan payudara, bahu, leher hingga di bawah lengan kanan (dermatomiositis). Ia berhasil sembuh setelah setahun. Namun pada 2008, kanker kembali menyerang bawah lengan kirinya. Emma kembali menjalani kemoterapi lain di St Vincent's Hospital di Dublin.
Setelah sembuh dalam enam bulan, kanker kembali menggerogotinya pada 2009. Emma pun tergerak menulis pengalamannya lewat buku 'Talk To The Head Scarf'. Selama 2010, Emma mengalami tahun terburuk dengan mengidap empat kali kanker. "Selama empat tahun, saya telah melawan tujuh kanker."
Secara rutin Emma harus menenggak kemoterapi oral serta obat pencegah kanker. "Saya berharap buku ini akan mendobrak tabu yang ada. Banyak ketakutan di sekitar penyakit, terutama kanker. Dan, saya ingin menyampaikan bahwa kanker bukanlah sebuah hukuman mati."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar